Rabu, 27 April 2011

Lomba Marching Band se-Eks Karesidenan Kedu

Hari Jadi Magelang ditetapkan berdasarkan Perda Kota Magelang Nomor 6 Tahun 1989, bahwa tanggal 11 April 907 Masehi merupakan hari jadi. Penetapan ini merupakan tindak lanjut dari seminar dan diskusi yang dilaksanakan oleh Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Magelang  bekerjasama dengan Universitas Tidar Magelang dengan dibantu pakar sejarah dan arkeologi Universitas Gajah Mada, Drs.MM. Soekarto Kartoatmodjo, dengan dilengkapi berbagai penelitian di Museum Nasional maupun Museum Radya Pustaka-Surakarta.


Kota Magelang mengawali sejarahnya sebagai Desa perdikan Mantyasih, yang saat ini dikenal dengan Meteseh di Kelurahan Magelang. Mantyasih berarti beriman dalam Cinta Kasih. Di kampung Meteseh saat ini terdapat sebuah lumpang batu yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan Sima atau Perdikan. Untuk menelusuri kembali sejarah Kota Magelang, sumber prasasti yang digunakan adalah Prasasti POH, Prasasti GILIKAN dan Prasasti MANTYASIH. Ketiganya merupakan parsasti yang ditulis diatas lempengan tembaga.


Prasasti POH dan Mantyasih ditulis zaman Mataram Hindu saat pemerintahan Raja  Rake Watukura Dyah Balitung (898-910 M), dalam prasasti ini disebut-sebut adanya Desa Mantyasih dan nama Desa Glangglang. Mantyasih inilah yang kemudian berubah menjadi Meteseh, Glangglang berubah menjadi Magelang.
Dalam Prasasti Mantyasih berisi antara lain, penyebutan nama Raja Rake Watukura Dyah Balitung, serta penyebutan angka 829 Çaka bulan Çaitra tanggal 11 Paro-Gelap Paringkelan Tungle, Pasaran Umanis hari Senais Sçara atau Sabtu, dengan kata lain Hari Sabtu Legi tanggal 11 April 907. Dalam Prasasti ini disebut pula Desa Mantyasih yang ditetapkan oleh Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung sebagai Desa Perdikan atau daerah bebas pajak yang dipimpin oleh pejabat patih. Juga disebut-sebut Gunung SUSUNDARA dan WUKIR SUMBING yang kini dikenal dengan Gunung SINDORO dan Gunung SUMBING.
Begitulah Magelang, yang kemudian berkembang menjadi kota selanjutnya menjadi Ibukota Karesidenan Kedu dan juga pernah menjadi Ibukota Kabupaten Magelang. Setelah masa kemerdekaan kota ini menjadi kotapraja dan kemudian kotamadya dan di era reformasi, sejalan dengan pemberian otonomi seluas - luasnya kepada daerah, sebutan kotamadya ditiadakan dan diganti menjadi kota.

Ketika Inggris menguasai Magelang pada abad ke 18, dijadikanlah kota ini sebagai pusat pemerintahan setingkat Kabupaten dan diangkatlah Mas Ngabehi Danukromo sebagai Bupati pertama. Bupati ini pulalah yang kemudian merintis berdirinya Kota Magelang dengan membangun Alun - alun, bangunan tempat tinggal Bupati serta sebuah masjid. Dalam perkembangan selanjutnya dipilihlah Magelang sebagai Ibukota Karesidenan Kedu pada tahun 1818.
Setelah pemerintah Inggris ditaklukkan oleh Belanda, kedudukan Magelang semakin kuat. Oleh pemerintah Belanda, kota ini dijadikan pusat lalu lintas perekonomian. Selain itu karena letaknya yang strategis, udaranya yang nyaman serta pemandangannya yang indah Magelang kemudian dijadikan Kota Militer: Pemerintah Belanda terus melengkapi sarana dan prasarana perkotaan. Menara air minum dibangun di tengah-tengah kota pada tahun 1918, perusahaan listrik mulai beroperasi tahun 1927, dan jalan - jalan arteri diperkeras dan diaspal.
Dalam memeperingati hari jadi ke-1105 Kota Magelang pada tahun 2011 ini, banyak sekali event atau acara yang diadakan. Salah satu acara besar yang diadakan adalah Lomba drum band/Marching band se-Eks Karesidenan Kedu tingkat SD, SMP, SMA/SMK sederajat. 

Lomba ini diadakan antara Pemerintah Kota Magelang bekerja sama dengan Radio Polaris FM. Kegiatan diadakan pada hari Minggu tanggal 24 April 2011 mengambil lokasi di tengah-tengah Kota Magelang-Alun-alun Kota Magelang. Lomba diikuti oleh beberapa sekolah yang berada di wilayah eks-Karesidenan Kedu.
SD Negeri Tidar 5 yang mempunyai kegiatan Ekstrakurikuler Marching band mengambil peran di dalamnya dengan mengikuti lomba ini untuk pertama kalinya. Pasukan Marching band SD Tidar 5 yang diberi nama Genderang Sakti mempersiapkan lomba tersebut selama 3 minggu sebelum kegiatan ini dilaksanakan. Para personil Genderang Sakti berlatih tanpa mengenal lelah, panas dan pantang menyerah. Anak-anak ini ingin membuktikan bahwa diri mereka bisa, mampu dan sanggup melakukan yang terbaik buat tempat mereka belajar.


Pasukan Genderang sakti yang terdiri dari 12 pemegang Snare drum, 3 bass, 2 trio, 24 peniup pianika, 8 anak pemegang glogen, 2 cymbal, dan 10 anak pasukan bendera dengan penuh percaya diri menampilkan 3 lagu di tengah-tengah lautan orang yang berjubel melihat berhelatan tersebut.  Dengan seragam merah menyala para siswa unjuk gigi dipimpin oleh Paramanandi-paramanandi yang lincah (Yosa Agustina dan Nisa Analia Iskandar) menjamu para penonton dengan lagu Rek ayo rek, Bangun Pemudi pemuda dan Yank (wali)
Dalam memainkan ketiga lagu tersebut, pasukan genderang sakti dengan piawai memamerkan display-display formasi pada setiap lagu yang disajikan. Dengan durasi + 10-15 menit pasukan Genderang Sakti beraksi. 

Kegiatan ini berlangsung dari pukul 08.00 WIB dan break - istirahat pada pukul 11.00 WIB. Acara dilanjutkan kembali hingga berakhir pada pukul 15.00 WIB. Akhir acara pada saat pembacaan hasil lomba, para peserta berharap-harap cemas. Mereka berharap hasil yang memuaskan. Alhasil, hasil kerja keras Pelatih, Pendamping dan Anak-anak membuahkan hasil. SD Negeri Tidar 5 berhasil menyabet Juara 3 untuk Genderang Sakti & Juara 2 buat Paramanandi yang dipegang oleh Yosa Agustina. Kebanggaan ini karena baru pertama kali SD Negeri Tidar 5 berpartisipasi dalam lomba/event seperti ini dan berhasil mengalahkan grup drumband yang sudah lama berkiprah di bidang ini. Selamat kepada SD Negeri Tidar 5.. Selamat kepada Anak-anak Pasukan Drumband Genderang Sakti.. Selamat kepada Yosa Agustina atas apa yang telah diraih..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar