Kamis, 24 Maret 2011

Warga Berlin Pun Belajar Bahasa Indonesia

KOMPAS.com — Suara riuh sesekali terdengar dari ruang di lantai dua Volkshochschule Berlin Mitte. Lima orang warga Berlin di dalam ruangan itu tengah mempelajari bahasa Indonesia, Jumat, pekan lalu. Ketika ada kosa kata baru menarik yang terasa aneh di lidah, tawa pun terdengar. Suatu hal yang alami saat mempelajari bahasa baru.

Saat itu, mereka sedang membahas kata tahu yang penulisannya sama, tetapi salah intonansi pengucapan sedikit saja dapat berarti dua hal sangat berbeda, bisa jadi mengetahui atau tahu sejenis makanan berbahan kedelai.


Sudah tiga bulan, mereka belajar bahasa Indonesia, bahasa yang berasal dari negara yang letaknya ribuan kilometer dari tempat tinggal mereka. Bahasa Indonesia bukan bahasa internasional yang banyak dikenal dan dipelajari seperti Inggris, Jerman, Perancis, Spanyol, China, atau Arab. Namun, mereka antusias mempelajari bahasa Indonesia. Lantas apa yang membuat mereka tertarik?

Beragam alasan para murid tersebut mempelajari bahasa Indonesia. Beberapa orang mempelajari bahasa itu karena diminta oleh tempat mereka bekerja untuk bertugas di Indonesia. Sebagian lainnya, belajar bahasa Indonesia untuk kepentingan studi, membina hubungan dengan orang Indonesia, atau keinginan berkunjung ke Indonesia.

Sven Soltmann (46), salah satu peserta yang terlihat sangat bersemangat. Sven belajar bahasa tersebut karena jatuh cinta. Beberapa tahun lalu, Sven berkunjung ke Indonesia untuk berjalan-jalan. Dalam perjalanan wisata ke daerah Sumatera Utara, dia bertemu dan berkenalan dengan Fera, seorang gadis asal Sumatera di dalam bus.

Merasa cocok satu sama lain, mereka pun menikah. Sven lalu membawa gadis tersebut ke Berlin. "Saya ingin belajar bahasa Indonesia untuk istri saya, supaya memahami dia lebih baik lagi," ujar arsitektur lansekap itu lalu tersenyum.

Begitu juga dengan Cristoph Irro (26), murid lain di kelas itu. Cristoph memutuskan belajar bahasa Indonesia sejak menjalin hubungan dengan seorang gadis asal Jakarta, Indonesia. Cristoph, karyawan PT Bayer di Berlin, bertemu dengan gadis itu saat sedang tugas di Jakarta.

Berbeda kedua murid lainnya di atas, Andre Brandt (46) bertekad menguasai bahasa Indonesia lantaran senang berjalan-jalan ke Asia, terutama Indonesia. Menurut dia, alam Indonesia eksotis serta beragam budaya masyarakatnya. Andre sudah beberapa kali ke Indonesia dan berencana kembali lagi pada bulan Oktober tahun ini. "Kali ini, saya ingin tinggal agak lama sekitar tiga bulan. Paling tidak, harus bisa bahasanya untuk berkomunikasi dengan masyarakat di sana," ujarnya.

Pengajar kelas itu, Inna Herlina, mengatakan, ada tiga kelas yang diajarkannya sekarang dengan jumlah murid setiap kelas bervariasi antara tujuh hingga sepuluh orang. Sudah lima tahun mengajarkan bahasa Indonesia bagi warga Berlin di Fremdsprachen-Programm di Volkshochschule Berlin Mitte.City VHS. Tempat itu satu-satunya Volkshochschule yang mengadakan program belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing.

"Bagi saya suatu hal yang luar biasa ketika mereka ingin belajar bahasa secara serius karena ingin berjalan-jalan. Itu menandakan mereka tidak hanya ingin menikmati pemandangan atau atraksi wisata, tetapi juga menjalin kontak dengan penduduknya," ujarnya.

Inna sendiri sangat menikmati mengajar bahasa Indonesia untuk warga Berlin di volkshochschule tersebut. "Saya tidak hanya mengajar tapi juga secara tidak langsung belajar, sudut pandang mereka yang berbeda dan cara pandang yang kritis tentang Indonesia, mencerminkan pendidikan dan budaya mereka, ini menambah pengetahuan saya tentang Indonesia, maupun Jermannya," ujar Inna yang berkewarganegaraan Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar